
Diam dan pasrah, hanya itu yang dilamunkan oleh Hanami Kahoko. Dia terdiam di depan jendela kamarnya sambil mendekap diary kesayanganya. ‘Apa hari ini hari terakhirku disini? Apa aku benar-benar akan….’, dan tiba-tiba terdengar teriakan keras dari luar kamar Hanami “Kakak….!! Kak Nami…!!!”, teriaknya. Hanami langsung sadar dan segera bangun dari lamunanya. “ Iya Haruhi…!!! Sebentar, aku mau turun nih !” jawab Hanami pada adik perempuanya Haruhi Kahoko. Hanami buu-buru memasukan semua keperluan sekolahnya ke tas termasuk buku diary kesayanganya, sambil keluar kamar. “Ah, kakak lama!!!” keluh Haruhi, dan tak lama setelah itu Hanami keluar dari kamarnya sambil berlari terburu-buru. “Maaf“, kata Hanami pada Haruhi, dia menggandeng tangan Haruhi,”udah jangan marah, ayo berangkat!” “Iya.., tapi kakak nggak papa kan?” tanya Haruhi kuatir, Hanami mengangguk-anggukan kepalanya,”Udah minum obat?”. “Ya ampun Haru…, udah! Kakak sehat dan uda minum obat! Kenapa lagi, kuatir sama kakak? Ato perasaanmu masih nggak enak?” kata Hanami. “Ya iya sih kak” kata Haruhi dengan bibir manyun,”Wajar kan kalo aku kuatir sama kakak”. “Ouw so sweet” Hanami mulai bercanda,”Biasa aja kalee, yaudah, siapa yang terakir sampe sekolah dia yang nraktir ke kantin”, Haruhi berlari keluar. “Ah kakak, kalo mau balapan bilang dulu dong, jangan langsung curi start” triak Haruhu ke kakaknya. ……….. Di kelas Hanami sedang suasananya tenang sekali, karena sang guru sedang memilih seorang siswa yang akan ditunjuk untuk membacakan cerita dalam bahasa Inggris. Dan Akirnya yang terpilih adalah Riku Akira, siswa yang paling pintar di kelas itu selain pintar dia juga tampan, dan banyak sekali anak perempuan yang menyukainya termasuk Hanami. Riku yang duduknya di kanan Hanami langsung berdiri dan membacakan ceritanya. Sementara Hanami yang duduk di kiri Riku langsung mengalihkan pandanganya ke Riku. Saat Riku membacakan ceritanya, Hanami hanya memandang wajah Riku seraya mengaguminya. ‘Dia tampan sekali ya? Tak hanya tampan, dia juga pintar, pantas banyak yang suka padanya’. Dan tak lama setelah itu semua siswa memberikan aplause yang meriah pada Riku. “Nami…” bisik Riku pada Hanami ”Tadi aku gimana? Bagus nggak?” “Bagus banget kok!”Hanami memuji, “Aku yakin kamu bakalan dapet nilai tertinggi deh”. “Ah kau ini, aku jadi malu tauk!” kata Riku sambil tertawa kecil,“Oh iya pulang sekolah kau ada acara nggak?” tanya Riku “Eee, kayaknya enggak deh, emang kenapa?” “Aku ma temen-temen mau ngadain piknik di taman sakura, sekalian hanami” kata Riku, dan tiba-tiba salah seorang teman yang duduk di belakang Riku mulai bicara. “Iya Nam, asyik kan kalo rame-rame, lagipula ulangtaun kamu bulan September kan? Sekalian dirayain” kata Fujikawa Ayumi, teman sekelas Riku dan Hanami, “Iya tapi ultahku kan masi lama” “Ya nggak papa, kan nama kamu juga Hanami, bareng sama Hanami kita hanami” kata Ayumi.(dalam bahasa jepang piknik di bawah pohon sakura disebut hanami). “Ah kau ini, baiklah aku mau!” kata Hanami “Nah gitu dong…!!!” kata Riku dan Ayumi. Saat bel pulang, Hanami minta ijin untuk pergi ke kelas Haruhi. Teman-teman yang lainya menunggu di depan gerbang. Waktu itu Riku melihat buku diary Hanami tergeletak di atas meja. Karena suasana sedang sepi ia membuka lembar terakhir buku itu dan membaca tulisan yang ditulis Hanami. ‘……..,aku merasa kuatir pada diriku sendiri. Pagi ini rasanya aneh sekali. Biasanya aku mimisan dan kadang kala pingsan, tetapi kali ini aku belum mengalaminya. Apa aku akan sembuh? Sepertinya tak mungkin, kata dokter penyakit Leukimia ku ini sudah stadium 4 dan hidupku sudah tak bisa tertolong lagi. Ataukah mungkin ini hari terakhirku ada di kamar ini? Apa aku benar-benar akan mati? Bagaimana ini?.........’ ‘Apa ini? Apa yang ditulis Hanami? Mana mungkin gadis seperti dia terkena penyakit Leukimia? Aku tak bisa percaya semua yang ia tulis, takbisa’. Riku tidak percaya pada semua yang ditulis Hanami di buku diarinya. Dia bingung tidak percaya, dan menaruh buku diary itu kembali di atas meja Hanami. “Riku….?” Hanami kembali ke kelas,”Kau belum turun? Kata teman-teman mereka menunggu di bawah, ada apa?” “Iya, tadi mereka juga bilang begitu” Riku panik dan mencari-cari alasan,”Eee aku menunggumu.” “Wak kau ini baik sekali” kata Hanami membereskan barang-barang yang ada di tasnya. Riku ingin bertanya apa yang ditulis Hanami itu semuanya benar, tapi apa dayanya ia tak mampu bertanya itu pada temannya sendiri,”Ayo Riku”, Hanami tersenyum Sampainya di taman sakura, Hanami dan teman-teman nya segera makan bekal yang mereka bawa, bercerita, dan tertawa bersama. Tak Lama kemudian Hanami merasa aneh pada dirinya. Dia pusing dan serasa akan pingsan ‘Ya tuhan, kumohon jangan sekarang, aku tak ingin mereka semua kawatir padaku, aku tak ingin mati sekarang, aku sedang merasakan kebahagiaan bersama teman-teman ku….’ , Hanami terdiam menahan rasa sakitnya itu. Riku yang melihat Hanami segera menghampirinya dan bertanya. “Nami, kau kenapa?” “Tak apa kok, cuman pusing”, jawabnya lambat. Saat itu juga teman-teman yang lainya merasa kuatir pada Hanami. “Jangan bohong, lihat mukamu pucat sekali”, kata Riku,”Sebaiknya kau segera ke dokter!” “Tidak! Tidak usah!” “Nami, hidungmu berdarah!” kata Ayumi. Hanami memegang hidunngnya dan dia merasakan ada darah keluar dari hidungnya,’Hah darah? Ya Tuhan tolong jangan sekarang, jangan!’. Hanami pun langsung pingsan “Teman-teman tolong cari bantuan, biar aku yang menjaga dia disini!” perintah Riku. Serontak semua teman-temanya pergi memanggil bantuan, “Nami bertahanlah! Bantuan segera datang”. Hanami membuka matanya, keadaanya sangat lemas, ia sudah tak punya tenaga. “Riku, maafkan aku, aku sudah tak kuat lagi” kata Hanami,”Aku sudah tak kuat menanggung penyakit ini sendirian”. “Penyakit apa? Apa kau kena leukimia?” Kata Riku dengan nada meninggi. Dia berfikir, ‘apa benar yang ku baca tadi?’ “Benar, aku juga punya satu lagi rahasia, kau boleh baca diary ku” dan suasana pun hening, Hanami mulai memejamkan matanya pelan-pelan, dan saat itu juga dia pergi untuk selamanya. “Tidak Nami, Nami bangun Nami…..” air mata Riku pun keluar, sambil memeluk tubuk kaku Hanami. Dan saat semua teman-temannya kembali mereka pun ikut berduka atas kepergian Hanami. Enam bulan setelah kepergian Hanami, Riku pun sering mengunjungi makannya. Dia sering membawakan seutas bunga untuk Hanami. Dia sering bicara di depan makan Hanami seolah-olah Hanami masih hidup. “Nami, sekarang aku tau semua rahasiamu…!!!” kata Riku tersenyum ‘dear diary…. Saat ini aku lagi ndengerin lagunya Taylor Swift yang judulnya Love Story, aku pingin banget ngalami kisah yang sama kayak lagu itu. Kalo itu smua bisa jadi kenyataan aku harap yang jadi Romeonya tu Riku Akira en Julietnya aku…!!! Wah serasa kenyataan deh… Meskipun itu nggak bisa jadi kenyataan, tapi aku pingin ngungkapin semua perasaan ku ke Riku, meski hidupku nggak lama lagi. Dia tu yang jadi penyemangat hidup ku, dia bisa buat aku ketawa, pokoknya dia tu Romeoku banget deh…………’ TAMAT